Logo
1000063745

MENJELAJAH KADER SENIMAN DI AL MUHIBBIN

potret para juara melukis naturalisme

Menjadi seorang seniman adalah perjalanan yang penuh dengan kreativitas, dedikasi, dan ekspresi diri. Seni menawarkan cara yang unik untuk melihat dunia dan menyampaikan perasaan serta pemikiran yang mungkin sulit diungkapkan dengan kata-kata. Kendati demikian tiada celah juga untuk para santri agar dapat mengeksplor dunia melalui seni.

Fastabin menyuguhkan sebuah peluang bagi seniman santri di Al Muhibbin melalui lomba  melukis naturalisme dan kaligrafi kontenporer hingga naskhi. Lomba ini diadakan untuk membangun peluang dan kreativitas yang dimiliki oleh santri dalam bidang seni, mengingat banyak sekali santri Al Muhibbin yang memiliki bakat dalam bidang seni.

Mengapa Harus Naturalisme, Kotenporer, dan Juga Naskhi?

Disini Al Muhibbin memilih Naturalisme sebab dengan melukis naturalisme akan melatih para santri untuk meningkatkan pelatihan observasi dan juga kesabaran santri, sehingga sangat cocok untuk para santri yang ingin memperdalam keterampilan seni mereka. Sedangkan kotenporer di pilih agar santri mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas mereka melalui gaya dan teknik baru yang menggabungkan elemen modern dan tradisional, selain itu kotenporer dipilih untuk memperkuat interaksi social di pondok pesantren. Dan untuk Kaligrafi Naskhi dipilih untguk meningkatkan keterampilan teknis para santri, selain itu kaligrafi naskhi berperan juga untuk pelestarian budaya, sehingga kaligrafi ini sangat cocok untuk para santri agar lebih luas saat mengeksplor seni dan juga agama.

Perlu untuk diketahui bahwa perlombaan melukis naturalisme dan juga kaligrafi kotenporer serta naskhi sudah dilaksanakan pada tanggal 1-2 November, baru pada hari Selasa 5 November diadakan penilaian dari dewan juri dan juga pengumuman kejuaraan. Disini terdapat 4 dewan juri yang masing-masing sangat mengusai dalam bidang melukis dan juga kaligrafi, yaitu dalam bidang naturalisme terdapat Bapak Roron istiawan, beliau merupakan seorang seniman handal yang prestasinya sudah melampaui internasional, lalu juga ada bapak Drs. Praptomo, beliau merupakan seorang seniman dan juga tenaga pengajar yang aktif dalam bidang Lukis dekoratif. Selanjutnya untuk bidang kaligrafi terdapat Bapak Kasiful Amin, beliau merupakan seorang kampiun bertahan lomba kaligrafi cabang hiasan mushaf di MTQ tingkat Jawa Timur, lalu yang terakhir terdapat Bapak Khoirun Ni’am beliau juga merupakan aktifis kaligrafi di MTQ kabupaten hingga Profinsi.

Tepat pada pukul 22.00 para dewan juri mengumumkan hasil kejuaraan lomba kaligrafi malam hari ini, dengan 3 kategori juara dalam setiap cabang. Yaitu pada cabang melukis naturalisme, juara satu diraih oleh Muhammad Armadhani dari kelas 1 MA putra, juara dua diraih oleh  Misyava Gista Eviliana  dari kelas 2 MA putri, lalu juara tiga diraih oleh Dwi Putra Andiansyah dari kelas 2 MA putra, sedangkan untuk cabang kotenporer juara satu diraih oleh Dwi Putra Andiansyah dari kelas 2 MA putra, juara dua diraih oleh Muhammad Armadhani dari kelas 1 MA putra, lalu juara tiga diraih oleh  Misyava Gista Eviliana dari kelas 2 MA putri. Lalu untuk cabang kaligrafi naskhi jura satu di raih oleh Rahma Atul dari kelas 1 MA putri, juara dua diraih oleh Fahrudin Mirza Aiman, dari kelas 2 SMP putra, lalu untuk juara tiga diraih oleh Zaka Aulia Rahman El Cordova dari kelas 2 MA putra.

Setelah pengumuman kejuaraan tim sempat berbincang hangat dengan salah satu juara, yang ternyata memiliki kisah unik dibalik perlombaan tadi “Saya tidak nyangka bisa mendapatkan juara, sebab waktu pelaksanaan lomba naturalisme saya melakukan kesalahan saat menulis nama dibalik kanvas dengan menggunakan cat, sehingga membuat cat yang saya gores tembus dan merusak lukisan saya, sehingga hal itu mengharuskan saya berfikir keras, sebab untuk membuat lagi waktunya yang tak memadai, dan Alhamdulillah saya akhirnya ngakal untuk membuat ular dari coretan ‘s’ tadi” Tutur Dwi Putra Andiansyah selaku juara tiga lomba melukis naturalisme.

Namun, disisi lain tim mendapatkan cerita dari Muhammad Armadhani “Saya mengambil tema gambar tersebut terinspirasi dari perdesaan saya, sebab ketika hendak balik pondok mesti saya akan melewati panorama tepat yang menyuguhkan pemandangan alam yang luar biasa, sehingga saya terinspirasi untuk mengabadikan pemandangan tersebut melalui lukisan saya.” Tutur Armadhani.

Sehingga dari cerita dan juga peaparan diatas dapat mengonfirmasikan bahwa setiap hal yang terlihat indah pasti ada sebuah cerita menarik dibaliknya, entah itu tentang perjuangan, kesakitan bahkan kebahagiaan dan juga asmara, sehingga jika kita ambil kesimpulan bahwa hidup adalah sebuah cerita, maka beutlah ceritamu itu abadi dengan melukis dan juga menulis.

Sekian dari Ladayna, tetaplah istiqomah, walau banyak sekali godaan disekelilingmu yang ingin membuatmu goyah. 😊😊

Editor: Anwar Dzak & Yayuk S.K.

Share this post

Share on whatsapp
Share on facebook
Share on twitter
Share on print