25 Mei 2025
Sudah Menjadi rahasia umum. Bahwasanya setiap tahun Al Muhibbin pasti akan menyuguhkan penampilan pawai akbar di penghujung study para santri yang hendak haflah. Dengan mempersembahkan berbagai hasta karya santri Al Muhibbin yang meliputi Marching Band, mascot, tata busana, tata rias, seni barongsai, leang leong, grup musik Kumbayana serta penampilan drama kolosal, pawai Al Muhibbin selalu menjadi sorotan disetiap lini jalanan.
Pada line pertama terdapat penampilan Marching Band yang mengawali runtutan pawai akbar. Marching Band kali ini tampil sedikit berbeda dengan membuat farmasi yang unik dan atraksi mayoret yang dapat memukau para pemirsa. Setelahnya dilanjut dengan berbagai macam mascot cantik hasil karya tata busana dan rias santri al muhibbin sendiri. Nun, tidak Al Muhibbin jika tidak membuat perbedaan memukau, sebab selain mascot yang biasa di suguhkan, Al Muhibbin memberanikan diri dengan jejeran 21 mascot berkuda.
Selanjutnya arak-arakan wisudawan wisudawati SMP dan MA Plus Al Muhibbin menjadi line inti. Setelahnya sebagai penutup line, AL Muhibbin menampilkan penampilan drama kolosal dan seni barongsai dan leang-leong sebagai puncaknya. Sebagaimana mengingat bahwa Al Muhibbinlah yang pertama kali mengenalkan seni barongsai ke warga lokal.
“Saya rasa penampilan kali ini cukup menguras banyak tenaga, mulai dari tingkatan resiko yang cukup besar serta alat-alat yang semuanya baru, ya… jadi sedikit ‘kagok’ dalam memainkan sebab alat-alatnya berbeda dengan yang kita mainkan saat latihan, tapi walau begitu saya dan anak-anak yang lain tetap berusaha untuk menampilkan penampilan terbaik untuk para penonton”. Ucap Muhammad Kamaluzaki selaku salah satu pemain barongsai.
Dari penuturan Mas Kamal tadi, kiranya dapat disimpulkan bahwasanya setiap penampilan dan juga karya yang disuguhkan pasti terdapat resiko dibaliknya, namun di tangan santri Al Muhibbin, segala kekhawatiran dan juga ketakutan akan resiko dan sebagainya berhasil ditepis dengan semangat juang dan usaha yang maksimal, sehingga berhasil disuguhkan pawai akbar dengan tampilan memukau jalanan Jatirogo-Tuban.
Kiranya sekian dari pawai kali ini, nuansa Anatolia Turki dan era Unsmaniah memang cukup melekat kemarin, bahkan tidak sedikit dari penonton yang memuji skill dan kreativitas santri sebab pawai kemarin berhasil menjadi time travel sejarah peradaban Islam Global.

Editor: Yayuk Sk. & Anwar Dzak.