Pada hari ini (18/05/24) hingga besok (19/05/24) di atas panggung munaqasyah yang sama dengan sebelumnya para santri kelas 3 SMP dan MA Plus Al-Muhibbin kembali memberikan kejutan terindah untuk para orang tua mereka dengan mengikuti ujian terbuka tahfidz al Qur’an yang mereka persiapakan selama mondok di Al-Muhibbin. Sebelum itu, Para santri telah menyetorkan hafalan mereka langsung dengan para pentasmi’ dari kelas X dan XI MA yang di bantu oleh layar monitor di atas panggung walisantri dapat menyimak langsung hafalan putra-putri mereka.
Susana haru menyelimuti seluruh rangkaian acara munaqasyah pada kali ini. Ditambah dengan perasaan bangga para orang tua menyaksikan anak-anak tampil memukau di atas panggung. Hampir seluruh penonton yang hadir pada acara itu meneteskan air mata saat lagu aku ingin menjadi hafidz Quran dan hymne madrasah dimainkan dengan iringan paduan suara para tahfidz.
Namun suasana haru tak berhenti di situ saja, para tahfidz kembali memandu suasana dengan sesi penyematan mahkota untuk orang tua mereka. Seluruh orang tua para tahfidz memecah tangis bangga dengan memeluk putra putri mereka.
Suasana haru saat penyematan mahkota
Tampaknya acara munaqasyah Qur’an kali ini tidak hanya menampilkan potensi santri di bidang Qur’an, tetapi juga potensi di bidang non-akademik seperti di bidang ibadah, sosial, dan seni. Dengan didampingi walisantri, para santri yang berpotensi diminta untuk naik ke atas panggung dan menerima penghargaan sertifikat sesuai dengan potensi mereka masing-masing.
Seusai acara tim mewancarai Muhammad Amri Setyo Utomo, salah satu peserta munaqasyah Qur’an dari kelas XII MA yang berhasil mencapai target 17 juz. “Apa motivasi mas Amri menghafal Qur’an?” tanya salah satu tim. Mas Amri menjawab “ibu saya ingin punya anak hafidz qur’an, dan saya rindu sekali dengan bapak karena saya ingin bisa ketemu bapak lagi, dan saya harap dengan menghafal Qur’an saya bisa membanggakan mereka ” Jawabnya dengan penuh haru.
Sebagai tambahan, tim juga mewancari Ibu Parti selaku walisantri dari Pandu Setiawan “saya sangat terharu banget dan nggak nyangka bisa mendapatkan mahkota 13 juz dari anak saya Pandu. Dulu dia itu pernah cerita ingin jadi angkatan laut seperti ayahnya mbak…terus dia janji sama ayahnya ingin hafalin Qur’an biar bisa dapet beasiswa masuk angkatan laut”. Tutur bangga beliau menyebut sang anak.
Di balik terkesannya acara, banyak sekali lika liku perjuangan yang dihadapi para tahfidz untuk menjaga hafalan mereka dan pastinya agar bisa membanggakan orang tua mereka. Untuk mencapai sebuah hasil yang memuaskan pastinya ada luka dan cerita duka di setiap perjuangnya. Walau begitu jangan pernah takut untuk mengahadapi luka dan dukanya karena setelah kelamnya perjuangan pasti akan ada hasil yang memuaskan. Sekian dari tim jurnalis Ladaina.
Editir: Yayuk Siti Khadijah & M. Faizin.