Tepat pada hari Sabtu, (2/12/2023), di pelataran Pendopo Kantor Kecamatan Jatirogo Tuban, telah terlaksana lomba Fastabin cabang seni pagelaran wayang yang diramaikan dengan penampilan Ki Ahmad Sholikin atau akrab dikenal dengan sebutan Ki Sholikin Asmara Seta, selaku pembimbing musik karawitan Fastabin ke-10, sebagai pembuka dalam ajang perlombaan pagelaran wayang.
Tidak hanya itu, kehadiran dua juri, Ki Nanang Cakra Ningrat dan Ki Dwi Tetuko juga turut memeriahkan suasana perlombaan. Ki Nanang, yang merupakan dalang serta Ketua Permadani se-Jawa Timur, beliau memberikan tanggapannya mengenai eksistensi perlombaan wayang pada malam tersebut, “Adanya lomba pagelaran wayang pada suatu Yayasan Pondok Pesantren merupakan suatu gebrakan yang luar biasa. Berarti, dalam makna lain PPM Al Muhibbin ini peduli tentang melestarikan seni tradisi dan budaya wayang kulit serta karawitan Jawa” ungkap beliau saat diwawancarai oleh tim jurnalis Ladaina.
Ki Dwi Tetuko ikut menambahi, “Luar biasa memang Al Muhibbin ini, dapat mencetak generasi santri yang tidak hanya bisa mengaji tapi juga bisa menggelar budaya seni atau kearifan lokal. Hal ini juga menunjukkan bahwa pagelaran wayang dulu dipakai sebagai wadah untuk berdakwa para Walisongo, bukan itu saja, musik karawitan juga termasuk dalam salah satu wadah dakwah Islam yang biasannya diiringi sholawatan”
Lomba pagelaran wayang Al Muhibbin setiap tahun selalu berhasil menggaet atensi masyarakat sekitarnya untuk merapat serta meramaikan suasana. Sebanyak 9 (sembilan) dalang dari masing-masing perwakilan kelas juga telah berusaha semaksimal mungkin untuk menampilkan performa terbaik. Sebagai informasi kriteria penilaian dalam lomba paelaran wayang meliputi performa dalang dalam menyampaikan cerita, pakem atau ketentuan dasar dalam pewayangan dan attitude selama pakeliran. Sedangkan untuk musik karawitannya sendiri terdapat ketentuan yang meliputi kesesuaian dan ketepatan iringan dengan alur cerita, kerancakan iringan, ketepatan nada vocal, kekompakan attitude memukul gamelan.
Acara perlombaan pada malam tersebut pun lantas melahirkan tiga dalang beserta tim music karawitannya terbaik sesuai nilai yang ditentukan dewan juri. Kali ini Johan Machel Rangga Satria sebagai dalang dari kelas X MA Putra yang lagi-lagi menjadi juara satu bertahan dengan membawakan lakon “Kumba Karno Gugur“. Lalu disusul oleh M. Dwi Andriansyah sebagai dalang dari kelas IX SMP Putra. Layaknya Johan Marchel, Andri ini juga kembali menyabet gelar juara dua dengan judul lakon “Wahyu Topeng Waja“. Terakhir, Ridho Al Amin Ade Putra sebagai dalang dari kelas VIII SMP PA. Bibit dalang baru yang menyabet juara tiga, dengan judul lakon yang dibawakan “Babat Alas Wanamarta“.
Andri, peraih juara dua turut mengekspresikan kebahagiannya, “Alhamdulillah, Mbak, akhirnya kami bisa kembali meraih kemenangan meskipun masih belum bisa mengalahkan Mas Marchel. Sebenarnya minat saya pada wayang itu sudah lama, sejak TK insyaAlllah mbak. Sampai-sampai dulu, pas waktu kecil itu pernah saya minta gedebok ke Ayah untuk jadi tatakan wayang, yaa…gak beneran cuman main-main. Dan Alhamdulillah di pondok ini ada ekstrakuler wayang. Rasannnya seneng banget bisa belar mendalami dunia perwayangan”, jelas Andri antusias.
Sekian liputan pungkasan acara perlombaan Fastabin ke-10 tahun 2023 oleh Tim Jurnalis Ladaina. Terakhir ki dwi tetoku berpesan kepada seluruh santri PPM Al Muhibbin. “Hidup dengan agama itu kita lebih terarah, hidup dengan ilmu akan mudah, hidup dengan seni akan lebih indah”.
Editor : Yayuk Siti Khadijah & Anwardzak